Jumat, 03 Juli 2009

Knee Chest Position pada Tetralogi of Fallot

POSITIONING SAAT TERJADINYA SERANGAN HIPOKSIA SPELL
PADA PENDERITA TETRALOGI OF FALLOT
DENGAN PENDEKATAN EVIDENCE BASED PRACTICE

Sebuah tinjauan kasus Asuhan Keperawatan pada klien An. R
Di Poli Rawat jalan RSD dr. Soebandi Jember

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Gagal jantung pada anak merupakan kegawat-daruratan yang sering dijumpai oleh petugas kesehatan dan merupakan penyulit utama dari segala jenis penyakit jantung pada bayi dan anak dengan mortalitas yang tinggi, dan sayangnya karena keluhan dan gejalanya yang tidak khas dan sangat bervariasi sehingga sulit dibedakan dengan akibat penyakit di luar jantung. Gagal jantung diartikan sebagai ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai dengan kebutuhan jaringan tubuh atau jantung kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara efisien. Manifestasi klinik gagal jantung merupakan gambaran dari kejadian gangguan hemodinamik dan mekanisme kompensasi yang sedang terjadi, dapat berupa : nafas cepat dan pendek, takikardia, tampak kelelahan saat minum dan makan, batuk dan wheezing, berkeringat banyak, ekstrimitas teraba dingin, kulit pucat/cyanosis, mual dan nafsu makan menurun (Prof. Dr. Dr. Teddy Ontoseno, SpAK, SpJP, FIHA).

Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8-10 dari 1000 kelahiran hidup, sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di Indonesia, dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita PJB (Widyantoro, Bambang, 2009, 1 , http:// ppi-jepang.org, diperoleh tanggal 1 juli 2009).

Tetralogi Fallot merupakan salah satu penyakit jantung bawaan tipe sianostik yang digambarkan dengan 4 macam kelainan, yaitu : Stenosis pulmonal, Defek Septum Ventrikel, Hipertrofi Ventrikel kanan, overriding aorta pada septum ventrikel. Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan stenosis pulmonal. Tata laksana yang paling efisien adalah dengan dilakukannya operasi. Tetapi sayangnya tidak mudah untuk dapatnya dilakukan operasi, disamping biayanya mahal operasipun harus dilakukan dengan berbagai syarat. Bila berat badan anak < 10 Kg Tetralogi fallot dengan keluhan yang sudah jelas (derajat III dan IV) hanya dapat dilakukan operasi paliatif saja, yaitu mengatasi penyebab yang memegang peranan penting dalam munculnya masalah, dipilih beberapa penyebab dari 4 kelainan untuk dikoreksi apakah defek septum ventrikel dan atau stenosis pulmonalnya, baru setelah anak mencapai Berat badan > 10 Kg dapat dilakukan koreksi total (Standart Pelayanan Medis RSP dr. Sardjito Yogyakarta).

Tentunya sebelum adanya kemampuan untuk dilakukan operasi, baik karena masalah biaya maupun kondisi umum klien, seorang perawat harus mampu memberikan pertolongan untuk membantu klien saat terjadinya serangan hipoksia spell. Salah satu tindakan tatalaksana dalam mengatasi kegawatan noninvasive yang mudah dan segera dapat dilaksanakan sendiri oleh klien dan keluarganya adalah melakukan knee chest position saat terjadinya serangan hipoksia spell tersebut. Penatalaksanaan posisi ini lebih faali dan rasional bila dicermati dari kompleksitas etiologi dan patofisiologi dari Tetralogi of Fallot. Dan sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dunia kedokteran dan keperawatan tentunya intervensi ini perlu didukung dengan evidence base serta kajian yang perlu ditingkatkan untuk meninjau efektifitasnya, maka dari itu dalam praktek profesi Ners di Poli Anak RSD dr. Soebandi ini penulis tertarik untuk menerapkan intervensi Positioning saat terjadinya serangan hipoksia Spell pada penderita tetralogi of fallot dengan pendekatan evidence based practice.




2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengajarkan dan menerapkan atur posisi yang benar saat terjadinya serangan spell pada kasus Tetralogi of Fallot dengan menggunakan pendekatan evidence based practice
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi data evidence based pada klien dengan kasus Tetralogi of Fallot
2) Mengidentifikasi kebutuhan perubahan berdasar evidence based pada kasus kelolaan dengan penyakit Tetralogi of Fallot
3) Menentukan perencanaan potitioning berdasarkan analisis data evidence based pada kasus kelolaan dengan penyakit Tetralogi of Fallot
4) Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan strategi perencanaan yang telah disusun
5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN EVIDENCE PRACTICE
1. Evidence Based
a. Data Umum
Tanggal kunjungan : 30 Juni 2009, klien merupakan pasien tetap (kontol rutin bila obat jantung habis)
b. Data Demografi
An. R. Reg : 154985, Laki- laki, Umur 8 tahun, belum sekolah, Berat badan 19 Kg, Alamat :Curah Bumbu II/4 Tanggul, suku madura, pembiayaan ditanggung oleh Jamkesmas.
c. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama :
Post MRS 5 hari yang lalu di Ruang Anak RSUD dr. Soebandi Jember saat ini obat habis.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak umur 3 tahun (5 tahun yang lalu) ibu klien mendapat informasi dari dokter saat memeriksakan putranya ke poli anak RSD dr. Soebandi Jember bahwa putranya menderita jantung bawaan. Atas anjuran dokter saat itu klien dirujuk ke RSP Soetomo Surabaya untuk dilakukan tindakan operasi, tetapi setelah diberitahu kalau biaya yang diperlukan sangat tinggi (Rp. 50.000.000) ibu klien membawa putranya kembali/tidak jadi operasi. Untuk selanjutnya klien hanya dibawa kontrol rutin ke poli Anak RSD dr. Soebandi Jember.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Selama ini klien tidak pernah opname, kecuali 1 bulan terakhir ini klien telah opname 2 x yaitu MRS ke-1 : tgl 12 Juni 2009 s/d 15 Juni 2009 MRS ke-2 : tgl 22 Juni 2009 s/d 25 Juni 2009
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Post Natal :
Klien merupakan anak yang diharapkan, sejak hamil ibu rutin mengkonsumsi jamu-jamuan tradisional, nafsu makan baik dan tidak menderita sakit. Persalinan yang dialami ibupun lancar, bayi langsung menangis dan tidak nampak adanya kelainan. Awalnya tidak nampak adanya kelainan pada klien, ibu baru merasakan bahwa anaknya tidak sama dengan anak yang lain setelah berusia 3 tahun
Riwayat penyakit Keluarga :
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan/kongenital maupun penyakit menular. Ibu klien mengatakan anaknya yang pertama meninggal saat usia 2 bulan, karena kejang.











d. Pola Fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana kesehatan pada ibu baik, terbukti klien diajak kontrol teratur. Ibu klien tidak pernah berasumsi bahwa penyakit yang diderita anaknya merupakan penyakit kutukan atau dibuat orang. Pola nutrisi : nafsu makan klien baik, bahkan bangun tidurpun klien kadang langsung minta makan, minum cukup banyak. BAK lancar spontan dan BAB setiap hari lembek. Pola aktifitas kondisi klien untuk beraktifitas sangat memprihatinkan, klien selalu digendong karena bila dibuat berjalan sedikit saja klien langsung biru. Bahkan aktivitas menangis yang terlalu lama akan menjadikan serangan biru seperti yang dialami klien saat MRS yang ke-2 klien menangis karena ditinggal ibu foto copy terlalu lama. Pola istirahat tidur : kebutuhan istirahat/tidur klien cukup, dalam keseharian posisi tidur yang disenangi klien adalah knee chest. Pola kognitif dan Persepsi Sensori : kognitif sulit dikaji, tipe pemalu dan klien terisolir diri dari teman sebayanya karena kondisi yang dialaminya. Persepsi sensori baik Pola Konsep diri: Sulit dievaluasi dengan ungkapan, klien sering bersembunyi dibalik tubuh ibunya, komunikasi non verbal yang ditampakkan yaitu dengan tersenyum dan menangis, hanya mau berbicara dengan ibunya dengan suara pelan. Pola Hubungan Peran: Klien merupakan anak ke-2 memiliki adik perempuan berumur 4 tahun. Pola Sexualitas/kasih sayang: Ayah klien menikah lagi, klien sehari-hari tinggal bersama neneknya karena ibu klien bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Surabaya. Pola Mekanisme Koping: Klien tipe pemalu, tidak bisa beraktifitas berlebihan, sehingga saat menghadapi kondisi yang tidak bisa menyenangkan hanya menangis saja. Pola Nilai dan kepercayaan: Klien sudah mampu membedakan norma yang baik/buruk. Pola Tumbuh Kembang: deley Development. Berat badan : 15 Kg (Status Gizi 58 %) dan saat ini klien juga belum sekolah
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: lemah, anemis -/icterus -/ cyanosis +/ dyspneu + , Suhu : 36,5 ° C, Nadi : 92 x/mnt, RR: 24 x/mnt. Thorax: Pulmo: simetris, Retraksi Inter Costal Ө, Fremitus raba normal, sonor, suara vesikuler, Ronchi -/-, whezing -/-. Cor: Suara Gallop, Ictus cordis tampak jelas pada ICS 4. Abdomen : flat, soepel, tympani, bising usus +. Extrimitas : Akral hangat, jari tabuh +, oedem Ө
f. Pemeriksaan Penunjang (yang terakhir)
Laborat Tgl 16 Juni 2009 : Hb: 21,2 gr %, LED: 1/ 2, Leukosit: 5.200, Hj: 1/-/-/60/34/5, PCV: 72 %, Trombosit: 135.000
Photo Thorax Tgl 16 Juni 2009 : Cardiomegali, gambaran Tetralogi Fallot
g. Teraphy
Propanolol 10 mg 2 x 1 tab

2. Identifikasi Kebutuhan
Klien dengan kasus Tetralogi of Fallot perlu mendapatkan pelayanan keperawatan berdasarkan evidence based, dari data yang telah dikumpulkan antara lain:
1. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan aliran darah ke pulmonal
2. Penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah
4. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
5. Risiko infeksi b/d daya tahan tubuh tidak adekuat
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d fatigue selama makan, penurunan nafsu makan, peningkatan kebutuhan kalori.
7. Gangguan tumbuh kembang b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh kurang, adanya isolasi sosial
8. Koping keluarga tidak efektif b/d kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/pragnosis penyakit anak.

Pada kasus kelolaan An. R, terdapat masalah keperawatan yaitu :
1. Risiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung
2. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh
3. Risiko infeksi b/d daya tahan tubuh tidak adekuat
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan kalori.
5. Gangguan tumbuh kembang b/d kebutuhan nutrisi jaringan tubuh kurang dan adanya isolasi sosial

Walaupun Gangguan pertukaran gas b/d penurunan aliran darah ke pulmonal merupakan masalah utama yang sering muncul pada kasus Tetralogi of Fallot, pada kasus kelolaan ini penulis menetapkan masalah risiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung menjadi suatu problem utama berdasarkan pertimbangan: kondisi klien masih relatif baik, tidak memerlukan rawat inap dan tanda-tanda gangguan pertukaran gas b/d penurunan aliran darah ke pulmonal belum didapatkan, alasan yang kedua penurunan cardiac out put adalah cord problem dari segala masalah yang muncul selanjutnya termasuk pada akhirnya gambaran kondisi klien yang lebih buruk termasuk Gangguan pertukaran gas, intoleransi aktifitas,gangguan tumbuh kembang, dll.

3. Perencanaan dan dasar berfikir kritis dalam pengambilan keputusan
a. Tinjauan Pustaka
Pada kondisi normal dalam sistem sirkulasi diperlukan keseimbangan dari beberapa komponen, yaitu jantung sebagai pompa, volume darah yang mengisi rongga jantung, vaskuler yaitu sistem arteri dan vena serta tonus vaskuler dan kadar oksigen di dalam darah. Komponen ini bertanggung jawab terhadap perfusi jaringan dalam sistem sirkulasi. Sehingga bila salah satu komponen tersebut, misalnya adanya masalah kurangnya volume darah/penurunan cardiac out put pada kasus Tetralogi of Fallot maka terjadilah kegagalan jantung yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan sehingga kebutuhan metabolisme sel tidak dapat terpenuhi.

Sebenarnya saat awal mulai timbul kondisi yang tidak seimbang, tubuh melakukan berbagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan terhadap oksigen serta semua bahan yang diperlukan untuk keseimbangan baru. Salah satu kompensasi yang dapat dilakukan oleh tubuh saat terjadinya serangan hipoksia spell sebagai akibat penurunan cardiac out put adalah knee chest position yaitu posisi dimana lutut didekatkan pada dada, sehingga dengan adanya posisi tersebut venous return dapat cepat tercapai dan cardiac output dapat ditingkatkan.

b. Hasil Penelitian terkait
Seperti yang dijelaskan sebelumnya satu-satunya tindakan yang paling efektif untuk mengatasi masalah pada kasus Tetralogi of Fallot adalah operasi. Tindakan operasi ini bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal yaitu angka kesakitan rendah, dan angka kematian pasca operasi 0-1%. Murphy JG, et.al melaporkan survival (ketahanan hidup) paska opearsi pada penderita yang menjalani operasi pada usia kurang dari 11 tahun mencapai 98% dalam follow up 27 tahun setelah tindakan bedah dilakukan. Semakin tua usia saat dioperasi maka survival akan semakin menurun, karena berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi. Saat ini bila hanya untuk melakukan koreksi terhadap VSD saja dapat dilakukan tindakan intervensi non bedah (tanpa bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan alat Amplatzer Septal Occluder (ASO) (Widyantoro, Bambang, 2009, (http:// ppi-jepang.org, diperoleh tanggal 1 juli 2009).

Tentang penelitian yang menggambarkan intervensi noninvasive tentang efektifitas positioning Knee Chest sebagai tindakan pertolongan pertama pada klien terutama saat serangan hiposia spell terjadi dirumah dalam arti lamanya waktu yang dapat ditoleransi hingga klien mendapat pertolongan yang lain seperti bantuan farmakologis belum ada yang meneliti.



c. Desain Rencana Tindakan keperawatan
1) Pathological Pathway Tetralogi of Fallot (Carpenito 1987, Komite Medik RSUP dr. Sardjito 2000, PICU GBST RSUP dr. Sardjito 2006)

Pengembalian vena sistemis
(vena kava superior&inferior)


Atrium kanan Ventrikel kanan






































2) Pathological Pathway Intervensi Potitioning
















3) Strategi perencanaan
Melihat kajian teori dan hasil riset yang telah ditelaah tentang knee chest position, karena klien dalam perawatan di poli rawat jalan maka strategi perencanaan yang diberikan pada pasien adalah:
a. Tujuan : Ibu & klien dapat mengatasi serangan kegawatan jantung (hipoksiaSpell) dengan tindakan noninvasive/nonfarmakologi
b. Kriteria hasil :
 Ibu & klien mengetahui maksud Positioning Hipoksia Spell
 Ibu & klien mengetahui macam-macam Positioning Hipoksia Spell
 Ibu & klien dapat memperagakan Positioning Hipoksia Spell
 Ibu & klien segera melakukan Knee Chest Position pada kondisi yang tepat (saat serangan Hipoksia Spell)
c. Intervensi
 Mengkaji tindakan yang telah dilakukan klien dan ibu saat terjadi serangan Hipoksia Spell
 Menjelaskan pengertian dan maksud Knee Chest Position
 Ibu & klien diberikan contoh Knee Chest Position saat klien tidur dan saat berdiri
 Ibu & klien diminta memperagakan apa yang dicontohkan

4. Pelaksanaan

Tanggal 30 Juni 2009, klien An. R. kontrol ke poli rawat jalan RSD dr. Soebandi Jember untuk melanjutkan pengobatan propanolol, sambil menunggu antrean pemeriksaan dilakukan kajian tentang seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan klien dan ibu tentang Positioning saat terjadinya Hipoksia Spell, ternyata Knee Chest Position yang diketahui ibu adalah saat kondisi tidur saja, sementara squating Position yang dapat dilakukan bila serangan saat klien tidak tidur belum diketahui. Klien mengatakan informasi pertama yang mengatakan dan memberikan contoh bahwa posisi tersebut dapat mengurangi keluhan adalah dokter saat klien berobat ke poli anak RSD dr. Soebandi Jember 5 tahun yang lalu.

Selanjutnya dari pengetahuan yang dimilikinya, diberikan tambahan pengetahuan pada ibu tentang Knee Chest Position dan macamnya. Diperagakan pada klien secara langsung tentang Knee Chest Position saat kondisi tidur (dilakukan diatas meja tindakan), dan Squating Position saat posisi pasien berdiri → ibu klien aktif berpartisipasi terhadap intervensi yang diberikan

5. Evaluasi
Telah tercapai tambahan koqnitif dan psikomotor tentang Positioning Hipoksia Spell, ibu klien dapat mengulang manfaat knee chest position dan memperagakannya, dan saat itu juga setelah mendapat resep obat klien diperbolehkan pulang. Tujuan tercapai bila ibu dan klien mampu mengenali secara awal tanda-tanda kegawatan dan segara melaksanakan Positioning Hipoksia Spell dengan knee chest position, sehingga dengan demikian kegawatan jantung yang terjadi selanjutnya diharapkan dapat diatasi tanpa memerlukan rawat inap.


C. PEMBAHASAN

Pada kasus kelolaan An R, umur 8 tahun, mendapat perawatan di poli rawat jalan RSD dr. Soebandi Jember berdasar evidence based leaning pada klien sebagai kasus kelolaan yang sesuai dengan teori ada 5 diagnosa yang diangkat yaitu: risiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung, Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh, risiko infeksi b/d daya tahan tubuh tidak adekuat, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan kalori, gangguan tumbuh kembang b/d kebutuhan nutrisi jaringan tubuh kurang dan adanya isolasi sosial. Dari kelima diagnosa yang ditemukan penulis memprioritaskan risiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung sebagai diagnosa utama.

Intervensi noninvasive yaitu Knee Chest Position secara Evidence base terbukti membantu meningkatkan cardiac output, hal ini terbukti selama 8 tahun an. R. menderita penyakit jantung bawaan tipe sianostik yaitu Tetralogi of fallot baru bulan terakhir kali ini klien mendapat perawatan rawat inap, dan dari anamnesa yang dilakukan penyebab serangan hipoksia spell yang menyebabkan klien membutuhkan MRS adalah akibat klien menangis terlalu lama karena ditinggal ibu foto copy persyaratan Jamkesmas. Menangis merupakan aktivitas dan ternyata tidak dapat ditolelir oleh tubuh klien, sehingga klien yang juga mengalami masalah intoleransi terhadap aktifitas, dengan adanya menangis yang terlalu lama mengakibatkan timbulnya serangan Hipoksia Spell. Sementara itu pengetahuan klien saat itu tentang Knee Chest Position bila serangan hipoksia spell saat klien tidak dalam kondisi tidur yaitu dengan cara squating Position belum dimiliki.

Knee Chest Position dalam beberapa literatur memang direkomendasikan untuk dilakukan saat terjadinya serangan Hipoksia Spell dengan tujuan mempercepat venous return sehingga cardiac output sebagai cord problem pada kasus Tetralogi of Fallot dapat ditingkatkan. Tetapi dalam penelitian terkait belum pernah dibahas sejauh mana klien mampu bertahan dengan hanya Knee Chest Position tanpa bantuan medikamentosa atau berapa lama jangka waktu kemampuan klien menahan rasa sakit/tidak sampai klien mengalami neurogenik syock tanpa intervensi medika mentosa misalnya Morfin 0,125 mg– 0,25 mg/KgBB (mengendurkan otot infundibulum) dan Propanolol (beta Bloker) untuk mengurangi kontraktilitas miokart dengan dosis oral : 0,5 – 1 mg/kgBB/6 jam atau i.v : 0.01 – 0,15 mg/kgBB/6 – 8 jam diberikan pelan-pelan selama 10 menit (Standart Pelayanan Medis RSP dr. Sardjito Yogyakarta). Hingga saat ini tindakan pembedahan baik paliatif maupun koreksi total yang masih direkomendasikan karena terbukti paling efisien dalam menangani kasus Tetralogi of Fallot, dan tindakan pembedahan tersebut bila dilakukan lebih dini sebelum timbulnya komplikasi memiliki angka keberhasilan 99 % (http:// ppi-jepang.org, diperoleh tanggal 1 juli 2009).

Dalam penerapan Knee Chest Position saat terjadinya serangan hipoksia spell pada penderita Tetralogi of Fallot dengan pendekatan evidence based practice yang penulis lakukan saat ini perlu mendapat kajian yang lebih mendalam, mengingat dalam terapan ini ada keterbatasan yaitu hanya menggunakan 1 sampel saja, sehingga belum jelas diketahui apakah keberhasilan yang dicapai murni karena intervensi yang diberikan ataukah karena berat ringannya kelainan yang didapatkan, sehingga nantinya dengan penambahan jumlah sampel sekaligus akan dapat diketahui efektifitas intervensi Knee Chest Position sekaligus akan diketahui toleransinya, kapan klien harus mendapatkan pertolongan medika mentosa sehingga klien tidak terlambat mendapatkan pertolongan selanjutnya.


D. PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Evidence based pada klien dengan kasus kelolaan yang sesuai dengan teori ada 5 yaitu: risiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung, Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh, risiko infeksi b/d daya tahan tubuh tidak adekuat, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan kalori, gangguan tumbuh kembang b/d kebutuhan nutrisi jaringan tubuh kurang dan adanya isolasi sosial
b. Kebutuhan perubahan yang paling prioritas berdasar evidence based pada kasus kelolaan adalah risiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural
c. Intervensi Potitioning yang sesuai saat terjadinya serangan hipoksia spell berdasarkan analisis data evidence based pada kasus kelolaan adalah knee Chest Position
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan strategi perencanaan yang telah disusun dan dari kajian pengetahuan yang telah dimiliki ibu dan klien berupa penambahan kognitif dan psikomotor yaitu dengan pemberian informasi dan peragaan ulang terhadap sesuatu yang telah diajarkan.
e. Asuham Keperawatan dikatakan berhasil, bila klien dapat mempertahankan kondisinya sampai jadwal kontrol selanjutnya.


2. Saran
a. Untuk Institusi Pendidikan
1) Penerapan pendekatan evidence based practice dalam pelaksanaan praktik profesi Ners perlu ditingkatkan agar tercipta habituasi keilmuan dalam dunia keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan
2) Mahasiswa perlu difasilitasi dengan literatur up to date, diberikan bimbingan yang lebih intensive agar selama praktik profesi ners dapat menciptakan kreasi, dan lebih familiar dalam menerapkan Asuhan Keperawatan berdasar evidence base leaning.
b. Untuk peneliti keperawatan
Perlu dikaji ulang dengan menambah jumlah sampel kasus kelolaan, sehingga diketahui seberapa jauh efektifitas yang sebenarnya tindakan noninvasive knee Chest Position dalam mengatasi serangan hipoksia spell dan toleransi lama waktu yang relatif masih aman tanpa diberikan bantuan obat-obatan, sehingga klien tidak terlambat meminta pertolongan.

DAFTAR PUSTAKA


Ontoseno, Teddy 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan terkini Gagal Jantung Pada Anak dalam kumpulan materi Simposium Penatalaksanaan Terkini Kegawatdaruratan Anak, IDAI cabang jawa Timur, Jember

Widyantoro Bambang, 2009, Jantung Bawaan, 1 , http:// ppi-jepang.org, diperoleh tanggal 1 juli 2009

Brunner, Suddarth. (2002), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta.

Carpenito L. Juall. (2001), Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Doengoes.E Marilynn. (2006), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta.

Komite Medik RSUP dr. Sardjito, 2000, Standart Pelayanan Medis, Medika FKU gajah mada, Jogyakarta

Picu GBST RSUP dr. Sardjito, 2006, Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan kritis Anak bagi Perawat, Tidak diterbitkan

Ontoseno, Teddy, 2007, Tetralogi Fallot dan Serangan Sianosis, http://cc.bingj.com , diperoleh tanggal 1 Juli 2009